DuniaLingkunganPendidikan

Rokok Elektronik Itu Berbahaya atau Tidak? Ini Penelitiannya

Rokok elektrik “vape” dan berbagai cairan perasa milik para remaja di Bandung, Jawa Barat. 12 September 2014. Badan Kesehatan Dunia (WHO) meminta semua negara melarang penjualan vape karena mengandung zat-zat kimia berbahaya. TEMPO/Aditya Herlambang
FAKTAAKTUAL.COM, CALIFORNIA – Rokok elektrik atau vape mungkin meningkatkan risiko penyakit jantung. Demikian laporan para peneliti University of California, Los Angeles (UCLA). Tim peneliti menemukan dua faktor risiko penyakit jantung meningkat pada 16 pengguna rokok elektrik dibanding 18 orang yang bukan perokok.
“Pola-polanya serupa dengan apa yang ditemukan pada pasien-pasien yang mengalami serangan jantung serta mereka yang menderita penyakit jantung dan diabetes,” ujar ahli kardiologi, Holly Middlekauff, salah satu pelaku riset yang diterbitkan secara daring di JAMA Cardiology, awal Februari lalu.

Dalam riset tersebut diketahui para pengguna rokok elektrik memiliki pola-pola detak jantung yang menunjukkan adrenalin tingkat tinggi—dikenal sebagai epinephrine—di dalam jantung, sebuah tanda risiko penyakit jantung. Para peneliti juga menemukan peningkatan stres oksidatif, sebuah ketidakseimbangan molekul-molekul pelindung tertentu yang dapat menyebabkan pengerasan dan penyempitan arteri.

Penemuan itu penting, kata Middlekauff, karena menunjukkan bahwa organ jantung para pengguna rokok elektrik berada dalam moda “terbang atau berjuang” (flight or fight) sepanjang waktu, tidak hanya saat merokok.

Menurut Middlekauff, langkah berikutnya adalah memastikan hal apa sebenarnya yang ada di dalam rokok elektrik yang bertanggung jawab atas berbagai dampak terhadap jantung. Para peneliti juga ingin membandingkan dampak-dampak antara rokok elektrik dan rokok tembakau terhadap jantung.

“Rokok elektronik bukannya tidak berbahaya,” ujar Middlekauff. “Benda ini memiliki dampak-dampak fisiologis yang nyata dan terukur. Setidaknya pada beberapa kasus yang kami temukan terkait dengan penyakit jantung.”

JAMANETWORK | SCIENCE NEWS

Sumber; Tempo.co

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker