News

Perbaikan Underpass Pelita, Diduga Mark-Up?

FAKTAAKTUAL.COM, BATAM – Diketahui, sejak tahun 2017 yang lalu, Jembatan Pelita atau underpass dari dan ke Batam center menuju Nagoya melalui Pelita sudah mengalami kerusakan.

Jika melintas dari bawah jembatan, Tanpak retak-retak yang memanjang dan menganga diatasnya. Retakan ini sangat mengkhawatirkan pengendara dengan alasan tiba-tiba ambruk sehingga memakan korban.

Hingga dipenghujung tahun ini, perbaikan retakan jembatan tersebut dilaksanakan oleh pihak BP Batam sebagai user dari pekerjaan dan perawatan jembatan Pelita.

BP Batam meyakini, bahwa kekuatan jembatan tersebut masih 90 %, walaupun banyak mengalami keretakan-keretakan besar maupun kecil. Hal ini diucapkan Kasubdit Pem­bangunan Jalan, Jembatan dan Transportasi Massal BP Batam Boy Zasmita, Senin 19//5/2019 melalui Batam Pos.co.id yang diekpos pada Minggu 26/5/2019. Serta untuk perawatan jembatan tersebut, BP Batam juga dapat anggaran bantuan dari APBN mencapai Rp 6,4 miliar.Namun menurut narasumber media ini, seorang pengusaha dibidang kontraktor menerangkan kepada faktaaktual.com, bahwa keretakan-keretakan yang timbul diatas jembatan (langit-langit jembatan jika dilihat dari bawah) merupakan retakan biasa, sehingga tidak begitu mengkhawatirkan. Dengan demikian, cukup dengan hanya melakukan injeksi biasa untuk menutup retakan-retakan yang timbul akibat resonansi, dengan cara meng-injeksi (mendorong paksa) bahan lem atau semen yang lebih kuat kwalitas rekatnya.

“Kwalitas kekuatan jalan dijamin oleh Konsultan Publik Infrastruktur yang bekerja sama dengan kontraktor pelaksana pembangunan jembatan, atau penggalian terowongan awal  yang dilakukan oleh PT. Wika sebagai pelaksana pekerjaan sudah cukup propesional. Retakan-retakan kecil biasa terjadi, itu akibat resonansi yang timbul dari atas jembatan, sehingga tidak perlu dikhawatirkan dan cukup hanya dengan perawatan biasa, sekalian melakuan penge-cat-an yang lebih baik”. Jelas Hs, Selasa 5/11/2019.

Bagaimana dengan anggaran perawatan jembatan ? Boy Zasmita pada saat dikonfirmasi Batampos.co.id, mengatakan jika perbaikan jembatan tersebut dilakukan dari atas hanya menelan anggaran 1 Miliar Rupiah, akan tetapi terjadi rekayasa jalan pada saat pekerjaan perbaikan dilaksanakan. Boy menuturkan, kalau memperbaiki terowongan dari atas hanya membutuhkan anggaran tak sampai Rp 1 miliar. Namun, risikonya akan melumpuhkan kegiatan perekonomian, karena banyak kontainer yang mengangkut barang konsumsi dan bahan baku industri mondar-mandir di atas jalan tersebut”. ekspos Batampos.co.id, diekpos pada Minggu 26/5/2019.

Timbul pertanyaan, Jika perbaikan jalan tersebut bisa dilaksanakan dengan hanya 1 Miliar rupiah, kenapa harus dipaksakan menjadi RP 6 Miliar lebih? Bagaimana dengan efisiensi penggunaan anggaran Negara yang selalu diucapkan Presiden Jokowi? Apakah hal ini diketahui oleh Pemerintah Pusat? dan Bagaimana konsultan menghitungnya? serta Bahan apa dan dari negara mana saja bahan semen atau lem tersebut didatangkan?

Seorang penggiat Sosial berinisial AB mencoba mengorek informasi dari berbagai narasumber termasuk Gogle, Bahwa untuk pelaksanaan perbaikan injeksi retakan jembatan tersebut, tidak begitu banyak menelan anggaran. AB menyebut, perlengkapan peralatan untuk injeksi semen atau lem guna menutup retakan yang terjadi dilangit-langin jembatan pelita cukup sederhana dan dapat dilihat di gogle serta tidak begitu mahal.

“Peralatan yang digunakan untuk injeksi semen atau pun lem untuk menutup retakan dijembatan Pelita, tidak begitu mahal, bisa dilihat digogle. Pekerjaan seperti ini sudah banyak dilakukan di Indonesia”. Kata AB.Wartawan Faktaaktual.com mendatangi kantor Humas BP Batam untuk mendapatkan keterangan dan pencerahan lebih lanjut terkait berita yang sudah diterbitkan sebelumnya, Namun Pak Yudi sebagai Kasubdit Humas BP Batam tidak ada ditempat. Pihak pelaksana pekerjaan pun tidak dapat dihubungi, serta hingga saat ini belum diketahui, siapa dan PT apa sebagai konsultan dalam proyek tersebut hingga anggaran perbaikan jalan bisa menjapai sebesar 6 Miliar lebih.

Redaksi.

 

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker