Lingkungan

Issue Dioxin Pada Telor Dan Tahu, KLHK Beri Penjelasan

FAKTAAKTUAL. COM, JAKARTA – Terkait munculnya hasil kajian dari lembaga non pemerintah mengenai kandungan dioxin pada tahu dan telur ayam pada dua desa di Jawa Timur, sisebut sebagai dampak dari penggunaan bakar-bakar produksi menggunakan sampah plastik impor.

Perlu analisis serius untuk menelaah kejadian ini, pemerintah Akan melakukan langkah-langkah spesifik guna analisis Lab.

Namun Menteri LHK memberi respon positif kepada masyarakat terkait apa yang sudah dilakukan, Senin 25/11/2019. Berikut beberapa hal yang disampaikan Ibu Sitinurbaya sebagai KLHK Indonesia:

1. Bapak Presiden Joko Widodo memberikan perhatian serius pada masalah sampah dan limbah, karena berkaitan dengan kualitas hidup manusia Indonesia dari generasi ke generasi yang wajib dijaga.

2. Sampah impor plastik selama puluhan tahun telah masuk melalui celah impor bahan baku kertas dan scrap plastik untuk industri. Upaya penyeludupan ini jelas melanggar UU No 18 tahun 2008 dan UU 32 tahun 2009.

3. Oleh karena itu KLHK bertindak tegas dengan mengembalikan atau re-ekspor sampah ke negara asal. Dari 2.194 kontainer yang masuk ke Indonesia, KLHK sudah kirim balik (re-ekspor) 883 kontainer ke negara asal. Selain itu terus dilakukan pengawasan yang ketat, dan perbaikan regulasi.

4. Sejak Mei dan Juni lalu, Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) KLHK, telah rutin melakukan pengawasan lapangan. Termasuk pada akhir pekan lalu, telah saya perintahkan untuk turun langsung ke Desa Bangun, Mojokerto, dan Desa Tropodo, Sidoarjo. Turut bersama tim KLHK para peneliti dari BPPT, Fakultas Teknik Kimia ITS, Universitas Airlangga dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sidoarjo.

5. Saya minta bantuan para ahli untuk melakukan riset di dua desa tersebut. Khususnya untuk isu dioxin yang sudah meresahkan masyarakat. Kita lihat nanti kebenaran isu yang berkembang dari hasil studi.

6. Penggunaan sampah limpah plastik impor sudah berlangsung sejak lama di lokasi ini, karena harganya yang lebih murah. Karena itu pemerintah akan menyiapkan langkah-langkah, tidak hanya soal sampah, tapi juga dampak sosial ekonomi masyarakat setempat. Semuanya akan didalami secara akademik.

7. Saat kunjungan tim ke lokasi, jumlah tumpukan sampah plastik untuk bahan bakar sudah jauh berkurang dibandingkan dengan kondisi pada bulan Juli 2019 lalu. Diyakini berkurang karena langkah langkah re-ekspor, perubahan regulasi, serta pengawasan yang semakin ketat oleh Pemerintah.

8. Pengusaha UMKM menyadari bahwa bahan bakar dari sampah plastik tersebut berdampak pada lingkungan dan masyarakat. Mereka mengaku siap beralih dari bahan bakar sampah plastik menjadi bahan bakar kayu atau alternatif lainnya.

8. Di lokasi ini sudah ada penggunaan insinerator yang teknologi-nya ramah lingkungan. Pemerintah akan mempelajari ini, termasuk bila harus memberikan dukungan fasilitas bagi industri UMKM. Dukungan fasilitas ini bisa dari KLHK, Kementerian Perindustrian, KemenKopUMKM, atau bahkan dari Pemda. Semuanya bisa membantu, yang penting industri masyarakat tetap harus berjalan baik dengan tetap ramah lingkungan.

9. Untuk mengatasi masalah sampah yang masih menjadi persoalan di tengah masyarakat, pemerintah terus melakukan pengelolaan, salah satunya dengan menerapkan prinsip 3R (reuse, reduce, dan recycle). Pemerintah dan Pemda bekerja serius untuk itu. Saya juga mengikuti dukungan masyarakat dan para aktivis terkait sampah cukup besar. Ini menjadi modal kekuatan kita menyelesaikan masalah sampah.

Penjelasan ini disampaikan Menteri LHK,  terkait permasalahan yang ada, dan tetap akan menjadi salah satu perhatian serius untuk memastikan pemberian respon serta informasi yang bertanggungjawab dari pemerintah kepada masyarakat. (sumber: Ibu Sitinurbaya Bakar, Menteti LHK, dalam akun Facebooknya).

Redaksi.

 

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker