News

Nurdin Basirun Dalam Kebijakannya, Menambah Jeritan Masyarakat Semakin Pilu

FAKTAAKTUAL.COM, BATAM – Berbagai keluhan dan jeritan dari seluruh penjuru kota Batam terkait naiknya tarif listrik oleh Gubernur Kepri menjadi viral saat ini, seperti dikutip oleh Rada Piku mengirimkan ke Acank Own di Wajah Batam, begini keluhan dan jeritan serta ratapan yang dilontarkannya,

“Pun tanpa harus di kudeta nampaknya pemerintahan Nurdin Basirun bisa jatuh dengan sendirinya. Pertanyaannya kapan, jawabannya soal hitungan waktu. Dan pemicunya adalah kebijakan pemerintah menaikan tarif listrik. Sebuah kebijakan yang dirasakan mengabaikan jeritan masyarakat banyak.

Nurdin Basirun lupa, bahwa masyarakat sudah cerdas. Kenaikan tarif listrik kali ini sangat tidak masuk akal, apapun alasannya. Karena semua bahan baku yang dibutuhkan untuk menjalankan pembangkit listrik yaitu batubara, minyak dan energi terbarukan, sedang mengalami penurunan harga.

Jadi tidak mungkin harga produksi PLN mengalami kenaikan sehingga solusinya, tarif listrik harus dinaikan.

Ibarat sebuah restoran, semua harga di pasar sedang turun, hanya restonya si Pak kumis saja yang menaikan harga jual per piring.

Masalahnya konsumen seperti dipaksa harus makan di restoran tersebut. Sebab resto itu hanya satu-satunya yang ada di tengah masyarakat.

PLN sebagai restoran, memonopoli bisnis makanan. Jadi tak ada pilihan. Dengan tidak adanya pilihan ini, konsumen menafsirkannya sebagai sebuah pemaksaan, keterpaksaan, kesewenang-wenangan, pemerkosaan hak warga. Prilaku yang tidak manusiawi !

PLN lewat Nurdin Basirun, sengaja memaksa masyarakat membeli makanan dengan harga yang tidak terjangkau. Kalaupun terjangkau, kemampuannya hanya bertahan tidak sampai sebulan. Lantas apa mungkin rakyat tidak makan, memilih tidak punya aliran listrik ? Atau apa mungkin, konsumen, manusia bisa makan, tapi makannya tidak harus sebulan.  Atau apakah wajar konsumen menikmati aliran listrik tapi hanya beberapa hari dalam sebulan?

Kemarahan terhadap PLN mau tak mau diarahkan ke Nurdin Basirun. Walaupun Nurdin mungkin tidak sadar, kenaikan tarif listrik ini adalah bagian besar dari kejatuhannya.

Lewat tangan-tangan “mafia listrik”, Nurdin Basirun digembosi sebagai Gubernur yang tidak punya empati pada masyarakat yang terhimpit oleh kenaikan tarif listrik. Nurdin Basirun lupa, tanpa kenaikan tersebut, rakyat sudah menderita dan memendam amarah yang begitu tinggi terhadap praktek monopoli.

Nurdin Basirun tidak tahu, setiap bulan PLN secara de facto, diam-diam menaikan tarif listrik. Kenaikan ini mengisyaratkan Nurdin Basirun mendukung manajemen PLN dan pimpinannya yang tidak peduli pada penderitaan rakyat.

Lantas masihkah, haruskah rakyat percaya Pak Presiden sebagai seorang pemimpin semua rakyat?

Kalau tidak percaya tentang kelakuan PLN, tentang kenaikan de facto setiap bulan itu, cek tagihan secara random di lima wilayah kota Batam. Walaupun semua lampu dipadamkan di siang hari tagihan bulanan pasti ada kenaikan. Setiap bulan ada “petugas” PLN yang memotret meteran. Dari cara itu kelihatannya PLN menjalankan manajemen secara terbuka dan akuntabel.

Tapi yang selalu mengejutkan, ketika membayar tagihan lewat ATM, pasti ada lonjakan kenaikan.

Dan asal tahu Nurdin Basirun sebagai Gubernur, ketika berhadapan dengan mesin ATM, tak satupun yang bisa mengeluh, kecuali satu : bayar dan harus bayar!

Walaupun dalam sebulan terjadi pemadaman secara sepihak – sebanyak dua sampai empat kali – dengan durasi lebih dari satu jam, belum pernah terjadi, tagihan pada bulan berikutnya mengalami penurunan.

PLN ibarat binatang buas yang tidak pernah merasa kenyang.

Tidak heran timbul pertanyaan, apakah yang datang memotret meteran di rumah tiap bulan itu, untuk mengecek penggunaan besarnya watt, memang benar petugas PLN atau “mafia” yang mengatas namakan PLN?

PLN sudah sering disindir sebagai Perusahaan Lilin Negara. Berhubung sepanjang tahun, berkali-kali terjadi pemadaman listrik, tanpa komsumen tahu sebab musababnya.

Berhubung terlalu seringya PLN memadamkan listrik, mau tidak mau, konsumen harus menyediakan lilin – apakah itu lilin yang biasa digunakan untuk sembahyang di vihara atau lilin-lilin kecil untuk pesta perayaan ulang tahun.

Kemarahan bertambah-tambah karena PLN selama ini bersikap tutup kuping. Keluhan dengan cacian yang menggunakan istilah dari Taman Marga Satwa pun, disampaikan kepada Eksekutif PLN, tak membuat PLN, bergeming.  Boleh dibilang, tidak ada layanan PLN yang menyejukkan, kecuali menjengkelkan.

Dalam situasi pelayanan PLN seperti itu, di tengah suasana politik yang tidak kondusif, pemerintahan Nurdin Basirun mengeluarkan kebijakan yang menyakiti rakyat.

Kebijakan itu, jelas akan membebani kehidupan rakyat, khususnya masyarakat menengah ke bawah. Walaupun pada akhirnya kebijakan itu akan mempengaruhi produktifitas semua bisnis.

Pengusaha pun pada akhirnya akan menjerit, sebab yang mereka produksi, tidak terbeli oleh konsumen. Cepat atau lambat hal ini akan menurunkan kegiatan ekonomi dan berujung pada turunnya pertumbuhan ekonomi.

Krisis ekonomi, krisis baru, tak terelakan. Kenaikan tarif listrik menjadi pemicu krisis. Krisis itu menyapu semua elemen masyarakat.

Nah kalau semua sudah terkena dampaknya, jadilah Nurdin Basirun sebagai Gubernur yang hanya didukung oleh PLN.

Itu artinya apa, silahkan jawab sendiri.

Dari kebijakan tarif baru listrik ini, Nurdin Basirun seperti tidak punya kendali terhadap kebijakan fundamental yang menyangkut hajat hidup orang banyak.

Nurdin Basirun sebagai pemimpin tertinggi di Provinsi ini, mungkin tidak paham seluk beluk pebisnis yang bermain dalam bisnis monopoli ini. Nurdin Basirun terlalu lugu dalam melihat semua pebisnis.

Nurdin Basirun tidak alert, kebijakan barunya di bisnis listrik, menjadi bahan tertawaan bagi para ahli yang berkecimpung di bisnis energi. Baik praktisi maupun akademisi.

Rakyat yang menderita, merasa tidak dipedulikan oleh gubernur. Semua rakyat merasa tidak dipedulikan gubernur. Termasuk mereka yang menjadi pendukung gubernur. Pada akhirnya semua berbalik membelakanginya.

Maknanya, kebijakan ekonomi gubernur ini memiliki resonansi yang sangat kuat terhadap kehidupan ekonomi di Kepri terkhusus kota Batam.

Kedibilitas gubernur pun semakin mengalami delegitimasi.

Kebijakan itu menunjukan kelemahannya sebagai politisi sekaligus sebagai pemimpin.

PLN yang berbuat salah, Pak gubernur yang terkena getahnya. PLN dianggap tidak pernah peduli atas keluhan konsumen listrik. Sikap ini diterjemahkan sebagai bagian dari kebijakan gubernur. gubernur yang didukung oleh Nasdem ini ternyata tidak peduli pada rakyat, wong cilik.

PLN tak ubahnya dengan penjajah yang seenaknya menerapkan kebijakan yang menyengsarakan rakyat. Terjemahannya, gubernur adalah bagian dari penjajah yag berselimutkan kemeja polos, baju sederhana, simbol terjajah.

Konsumen selama ini setiap bulan hanya bisa pasrah atas tagihan listrik yang terus merangkak naik. Tidak bisa memprotes. Kalaupun memprotes tidak dihiraukan oleh PLN. Kalaupun memprotes, tagihan harus dibayar dulu. Dan kalau tidak dibayar, PLN seperti algojo akan memutus sambungan listrik.

Gubernur tidak peka terhadap keadaan di atas.

Dengan berbagai latar belakang itu, mohon maaf kalau kesimpulan sementara harus berujung pada hasil yang negatif.  Yaitu tanpa makar, tanpa kudeta kekuasaan Nurdin Basirun bisa tersisih dengan sendirinya, Kalau Nurdin akhirnya jatuh, rakyat tidak akan meratapinya. Sebab Pak Nurdin sendiri yang menggali lubang untuk mengubur dirinya sendiri”.

Jeritan ini murni dari hasil keluh kesahnya masyarakat yang terbebani bayaran listrik  dikota Batam, memang terkesan menekan masyarakat menengah kebawah, menjerit dengan tangisan tanpa kerja. Semoga  Pemerintah atau bapak Gubernur Kepri menanggapi hal ini sebagai pimpinan tertinggi diprovisi Kepulauan Riau.

Sumber ; Facebook Rada Piku

Editor ; Gamal. P.

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker